Kecurigaan Seorang Kader PKS Bahwa "Duo GARBI" Jazuli-Abu Bakar Alhabsyi Kuasai PKS


 Kecurigaan Seorang Kader PKS Bahwa "Duo GARBI" Jazuli-Abu Bakar Alhabsyi Kuasai PKS 

Dibawah Kutipan Tulisannya : Koalisi Mamat Paijo
Absurditas Itu Ada di Depan Mata Kita
July 19, 2023
 


Kita sepakat bahwa, kesolidan dan eksistensi sebuah organisasi tak cukup hanya dinahkodai seorang pemimpin yang kuat secara legalitas dan label sosial. Tapi ia wajib ditopang oleh para anak buah (pengikut) yang solid dan setia. Sebab, kepemimpinan sebuah organisasi adalah satu ekosistem tatakelola yang  bersifat sistemik. Artinya seluruh komponen yang menggerakkannya, harus aktif dan loyal dalam menjalankan fungsi tugasnya, sesuai amanah masing-masing. Ini artinya, jika saja ada salah satu komponen bermasalah (mbalelo-jawa), atau ada yang idle capacity, maka dapat dipastikan mesin organisasi itu tidak mampu bergerak optimal. Bahkan berpotensi, bisa mengarah pada shutdown.


Beberapa sebab, sebuah organisasi menjadi tidak efektif dan produktif, bahkan mengalami pembusukan, apabila ada fenomena sebagai berikut.

Pertama, bila pemimpinnya cerdas secara intelektual, tapi tidak memiliki kekuatan bashiroh (quwwatul hasasiyah). Kekuatan bashiroh, sesungguhnya berfungsi sebagai radar hati seseorang untuk mampu mendeteksi dini dan mengindikasi munculnya fenomena ketidakberesan yang terjadi di dalam internal organisasi. Ketidakberesan itu bisa bersumber dari para kader yang khianat. Bisa juga berasal dari penyusup eksternal yang secara halus mempengaruhi mindset para pimpinan, tentang hakikat cita-cita dan tujuan mulia berorganisasi. Nabi Isa ‘alaihis salam, adalah contoh seorang pemimpin yang mumpuni secara intelektual, tapi juga cerdas secara spiritual. Kekuatan bashirohnya, mampu membaui adanya aroma pengkhianatan dari kalangan pengikutnya. Dan dengan cepat, Isa binti Maryam, melakukan deteksi, seleksi dan eksekusi terhadap pengikutnya yang khianat. Hasilnya, komunitas dakwah itu kembali eksis dan produktif dalam melanjutkan misi risalahNya.

Kedua, beberapa penyusup yang padahal, jelas-jelas dulu pernah melakukan makar untuk menenggelamkan “Kapal Organisasi”, masih bergabung dalam organisasi tersebut. Dan celakanya, orang-orang berbahaya ini dirangkul oleh pimpinan dan ditempatkan pada posisi-posisi penting dan strategis. Mereka leluasa mempengaruhi kebijakan pimpinan dan berhasil membajak organisasi, ke arah cita-cita serta tujuan yang mereka kehendaki. 

Dua faktor penting dan genting ini kiranya, yang paling tepat menggambarkan keadaan internal PKS (DPP) saat ini. Kita tidak tau, kenapa muncul narasi aneh “zero case” (nol kasus) belakangan ini yang didengung-dengungkan DSP. Jika narasi ini bertujuan menutupi kasus-kasus penyimpangan (moral atau hukum) yang ringan maupun yang berat yang dilakukan kader-kader PKS, jelas ini sebuah narasi absurd.  Apalagi jika ini sengaja didesign untuk meng-nolkasus-kan kejahatan para gembong Garbi, yang jelas-jelas mereka para pengkhianat  yang amat ambisius akan menenghancurkan PKS. Contohnya, kasus-kasus kejahatan yang dilakukan Jazuli Juwaeni, yang bukti-bukti keterlibatannya untuk menghancurkan PKS sudah pernah dilimpahkan ke BPDO ketika itu. Tapia apa reaksi KMS saat itu?

“Saya tau, Jazuli itu seratus persen Garbi. Tapi dengan saya merangkul dia, kegarbiannya itu kini berkurang menjadi empat puluh persen,” kilah KMS.

Pertanyaannya? Apakah virus 60% Garbi Jazuli kini berpindah ke KMS?







Dan apakah “hak grasi” KMS ini diberikan kepada para Gembong Garbi dengan maksud menjaga citra “bersih” partai? Pemikiran ini tentu saja sangat absurd dan menyalahi fitrah insan. Sebab manusia Allah ciptakan tidak ada yang perfect, sempurna, tanpa cacat. Bahkan PKS seperti menelan ludahnya sendiri, ketika mereka pernah menggaungkan jargon “PKS bukan kumpulan malaikat yang tidak punya salah”. Jargon ini untuk menangkis isyu, bahwa tidak mungkin kader PKS melakukan “perbuatan ini dan itu” yang bisa mencoreng citra PKS sebagai partai dakwah. Kini PKS tidak beda dengan partai politik yang lainnya. Ia sudah berevolusi menjadi partai politik murni karena kata  “dakwah” sudah dihapus di dalam AD/ART yang sekarang.

Jadi kesalahan, baik yang khilaf atau yang terencana (by design) dari kalangan kader-kadernya sendiri, adalah sebuah keniscayaan. Ini  fitrah insan yang tidak bisa dihindari, apalagi berusaha ditutup-tutupi. Fakta sejarah juga mengajarkan kepada kita, bahwa Rosul marah, ketika Zaid, anak angkat Nabi saw, meminta priviledge (keistimewaan) untuk menutup kasus wanita terhormat dari kalangan Bani Makzhum yang terbukti mencuri. Nabi merah padam wajahnya menahan marah.

“Andaikata Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya…!” tegas beliau.

Tentu saja yang paling diuntungkan dari narasi nol-kasus ini adalah para pengkhianat yang saat ini masih bercokol di dalam tubuh DPP. Entah kenapa, sebelum narasi ini digaungkan, diawali perombakan struktur DPP, khususnya dihilangkannya BPDO (Badan Penegak Disiplin Organisasi). Kini badan itu diganti dengan bidang baru bernama Komisi Disiplin (Komdis) yang jalur pertanggungjawaban ke atasnya kepada Ketua DSP. Kedudukan hukum Komdis juga tidak setara dengan bidang-bidang lain yang independent. Tapi berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Bubak.

Hal ini kelihatan nyata, saat kasus penyegelan kantor DPTW Jateng kemaren silam yang harusnya sudah selesai. M Haris sudah digantikan oleh M. Alfi, yang sebetulnya juga ya kroninya M. Haris. Namun di saat bersamaan, Amir Darmanto dipecat selaku tenaga ahli (TA) DPR RI, sekaligus sebagai Wakil Ketua Bidang Kepanduan DPP. Amir dianggap menjadi inisiator dan tokoh intelektual di balik peristiwa penyegelan kantor DPTW Jawa Tengah. Solihin sebagai sekertaris Bipandu Jawa Tengah, juga dipecat, hanya gegara ia tertangkap pernah duduk bersebelahan dengan Amir Darmanto. Bubak adalah tokoh intelektual dibalik aksi “bersih-bersih” kader hijau dari tubuh PKS.







Harusnya kedua orang  tersebut tidak dipecat atau dicopot dari jabatannya. Amir Darmanto, alih-alih  diberi apresiasi karena telah memperjuangkan kebenaran selama lebih dari dua tahun,  malah dianggap sebagai pembangkang. Bagi Bubak, rupanya masalah ini dianggap  belum selesai, bahkan ia memerintahkan Komdis yang dipimpin oleh ketua dan sekertarisnya untuk jaulah ke Jawa Tengah mendatangi Amir Darmanto. Jaulah ini dalam rangka investigasi dan mencari tokoh lainnya sebagai aktor intelektual utama dalam peristiwa penggembokan kantor DPTW Jawa Tengah.

              Dari sini kader tegak lurus wajar saja curiga, kalau perubahan design struktur memang diotaki GARBI. Dan sudah diendus sejak lama. Kader militan GARBI, selain Bubak, diantaranya ada nama Jazuli Juwaini. Orang ini dikenal kader tulen dan militan binaan Gembong Patra (Anis Mata) sang Pengkhianat utama GARBI. Saat ini, manuver Jazuli Juwaeni paling lincah memepet dan membisik telinga Ketua Majelis Syuro (KMS).

Kasus Jazuli Juwaeni sebagai kader GARBI tulen sebenarnya pernah dibawa ke Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) yang dipimpin oleh Abdul Muiz MA saat itu. Tapi Salim Segaf Al-Jufri selaku Ketua Majelis Syuro PKS, justru pasang badan membelanya dengan menghentikan kasus tersebut secara sepihak, hingga kasusnya dipetieskan dan dinolkan. KMS memveto kasus keGARBIan Jazuli Juwaeni dan dianggap tidak ada alias  zero case. Padahal bukti-bukti keterlibatan makar Jazuli Juwaeni (JJ) terhadap PKS  disodorkan ke KMS secara terang dan gamblang. Alasan KMS juga absurd, “Tidak ada seorangpun bisa memberikan apa yang diberikan oleh Jazuli Juwaeni”,  terang-terangan ujar KMS kepada kader-kader yang memperkarakan kasus Jazuli Juwaeni.

Hari ini, kader terus disuguhi kebijakan-kebijakan ganjil alias absurd yang diotaki dua Gembong Garbi JJ dan Bubak atas nama pimpinan tertinggi. Bukhori Yusuf (BY), anggota DPR RI, yang baru-baru ini terlibat “perkara KDRT” begitu cepat kasusnya divonis Komdis. BY langsung dipecat dari jabatan partai sebagai Ketua Bidang Perencanaan dan keanggotaannya sebagai Aleg DPR RI, tanpa hak bela dan klarifikasi kasusnya yang sudah diadili oleh media massa (trial by the press). Sementara JJ dan Bubak yang berkali-kali melakukan pelanggaran berat, tidak pernah dijatuhi sanksi apapun.

Beberapa contoh absurditas lainnya:

1.  Zaenal Abidin, BCAD no.1 dari dapil X DPRD Prov. Aceh, tiba-tiba berubah posisinya menjadi no. 2 digantikan oleh Suryanto Sudirman yg sebelumnya no. 2. Ketika ditanyakan kepada ketua DPW, dijawab bahwa Suryanto melobi sendiri ke pusat. Lalu ketua DPW bilang ke Zaenal Abidin, "Kalau ente mau naik lagi menjadi nomor  1, silakan sediakan uang 500 juta." Ketua DPW Aceh, Tengku Makhyaruddin, dikenal selama ini sebagai proksi JJ.

2. Wisnu Wijaya Adi Putra, PAW Bukhari Yusuf, dimintai uang 90 juta oleh Joko Widodo (proksi Sekjend) ketika diberitahu bahwa dia sebagai pengganti BY dan Bubak juga minta uang ratusan juta agar proses PAW-nya dipercepat.

3. Beberapa kali pengajuan calon kepala daerah di Banten dari kader dicancel/di-bypass oleh JJ digantikan oleh non-kader sambil berkata, "DPP sudah setuju dan tinggal ambil maharnya." Padahal kader dan struktur (DPTD dan DPTW) sudah berbulan-bulan bersusah payah dari bawah menggalang dukungan dan sumber daya lainnya untuk menaikkan elektabilitas.

Kini kedua orang tersebut (JJ dan Bubak), bak jagoan di film-film koboy. Dalam actionnya, mereka berdua berlaga melebihi KMS dan Presiden PKS sendiri. Jazuli Juwaeni dengan lincahnya dapat mendikte KMS, dan si Bubak, yang Sekjen itu merasa lebih tinggi dari Presiden yang merupakan atasannya. Keduanya  menjelma menjadi KMS dan Presiden PKS secara de facto. Inilah absurditas yang paling nyata terpampang jelas di depan mata kita.

Afala ta’qiluuun?

The Untold Story (Part 1) 
PKS AKAN DIHABISI ATAU DIKUASAI? 
 
 
"Ambil seluruh  penumpangnya, kuras asetnya, dan tenggelamkan kapalnya!" 
 
Begitu kurang lebih ledakan bara dendam kesumat Anis Matta (AM) and his gang, sejak dia gagal menjadi presiden lagi tahun 2015 dan gagal menggembosi PKS di tahun 2019.  
 
Mantan presiden "by accident" yg hanya dua setengah tahun itu (2013-2015) terjungkal dari posisi strategis di PKS. AM kemudian hanya menjadi Ketua Bidang Kerjasama Internasional pada era MSI menjadi presiden (2015-2020). 
 
Seperti dugaan banyak orang, AM mengalami post power syndrome yang sangat berat. Penyakit yg umum diidap oleh para megalomaniak. AM tidak rela ditempatkan pada posisi bawah, ia lalu membuat keputusan hengkang dari PKS, dan pada 28 Oktober 2019 membuat partai baru bernama Gelora. 
 
Dengan modal narasi hoax dan playing victim, AM berorasi seakan-akan dia adalah korban "ketidakadilan" Musyarawarah Majelis Syuro (MMS) yg menyebabkan dia tidak terpilih lagi sebagai Presiden PKS. Padahal faktanya memang dia hanya menempati peringkat ke 5 dalam proses pemilihan Ketua Majelis Syuro (KMS). Peringkat 3 besar nominasi calon KMS, secara berurutan adalah Salim Segaf Al Jufri (SSA), Hidayat Nur Wahid (HNW), dan Hilmi Aminuddin (HA) alm. Selanjutnya terjadi kesepakatan SSA ditunjuk sebagai KMS yg baru setelah HA mengundurkan diri. Berikutnya adalah kesepakatan untuk memilih anggota Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP). Isu paling krusial saat itu adalah, siapa calon Presiden PKS periode 2015-2020? HNW mencalonkan AM sebagai Presiden PKS, tetapi ditolak oleh HA, hingga keluarlah nama Mohamad Sohibul Iman (MSI) sebagai Presiden PKS periode 2015-2020. Tapi di luar, AM memutarbalikkan fakta sejarah itu. Ia bekoar-koar dengan sihir kata-katanya, bahwa ia telah dizalimi partai, agar para kader bersimpati pada AM. Info lain yang penulis terima, saat selesai MSI ditunjuk sebagai Presiden, HNW mengatakan pada bos Gelora itu, bahwa ia telah memperjuangkan AM sebagai Presiden PKS, namun gagal.  
 
Embrio kelahiran Partai Gelora adalah AMPM (Anis Matta Pemimpin Muda).  Sebuah gerakan pembusukan yang  dideklarasikan secara masif di seluruh Indonesia tahun 2014.  Gerakan senyap itu mirip gerakan bawah tanah yang biasa dilakoni gerakan klandestin teroris Zionis di Palestina.  
 
Saat muncul ke permukaan, AMPM diformat  secara nasional dengan melibatkan 3000 anggota di seluruh Indonesia. “Angka rekrutmen 3000 anggota Generasi AMPM secara nasional ini, hasil kerja bawah tanah  kami hanya dalam waktu 1 bulan, atas instruksi Anis Matta,” papar ketua kordinator operasi senyap itu kepada penulis.  
 
Secara resmi, Gen AMPM dideklarasikan di Hotel Kartika Chandra, 18 Februari 2014. Di antara tokoh deklaratornya yg tercatat adalah Anis Matta, Fahri Hamzah, Mahfuz Sidik, dan Nasir Jamil.  Nama terakhir ini menjadi pembicara sekaligus memberikan sambutan dalam deklarasi Gen AMPM di Sigli, Aceh pada 24 April 2018 dan sampai sekarang masih tercatat aktif sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKS hingga 2024. Gerakan ideologis ini, mengusung tujuan tunggal yakni mengantarkan AM tetap menjadi Presiden PKS periode 2015-2020. 
 
Menyusul kelahiran AMPM, AM and his gang meluncurkan Arah Baru Indonesia (ABI), sebuah ide/gagasan atau pemikiran AM yang secara terencana telah  dirancang sejak tahun 2013.  
 
Pada pemilu 2014, ide ini didiskusikan lebih intens ketika AM masih menjabat sebagai Presiden PKS.  ABI hakikatnya merupakan insider  movement (gerakan di dalam gerakan) di internal PKS. Sejumlah pejabat teras PKS yang saat itu terlibat dalam pembentukan gagasan ABI  diantaranya  Anis Matta, Mahfuz Sidik, Fahri Hamzah, Jazuli Juwaeni, Sukamta, Taufik Ridho dan Mahfudzi Abdurrahman.  
 
Pada 12 Februari 2018, ABI diblasting (diledakkan) secara nasional dalam acara Orasi Narasi Kebangsaan  AM di hotel Royal Kuningan Jakarta. Tujuan gerakan ini tak lain, hanya untuk menyelisihi arah semua kebijakan PKS. Atau dengan istilah yang lazim, ABI hakikatnya adalah, gerakan subversi jahat AM and his gang  untuk menggerogoti PKS.  
 
Untuk diketahui, nama Jazuli Juwaeni dan Sukamta, saat ini masih aktif masing-masing sebagai Ketua Fraksi PKS DPR RI (2 periode, 2014-2019 dan 2019-2024) dan ketua BPPLN (Badan Pengembangan dan Pembinaan Luar negeri) DPP PKS. Jabatan Ketua Fraksi  konon atas endorse kuat AM saat AM menjabat sebagai presiden PKS. Sedangkan Sukamta saat ini menjabat sebagai Ketua BPPLN DPP PKS hingga 2025.  
 
Dua nama yang masih aktif di DPP PKS ini, diketahui selalu dekat dengan pucuk pimpinan PKS. 
 
 
 
 
“Jadi jelas kan ya Mas, kenapa saat gonjang-ganjing penggembosan PKS oleh GARBI,  orang seperti Jazuli Juwaeni, Sukamta dan Mahfudzi Abdurrahman  tidak pernah berkomentar, alias cicing wae. Bahkan alih-alih mengecam GARBI,   salah satu dari ketiganya ini konon berperan kuat sebagai pembisik pucuk pimpinan PKS itu, agar tidak lagi mempersoalkan GARBI," tambah si kader tadi sambil tertawa.  
 
Apa yang dikatakan kader tadi cukup beralasan, mungkin yang dimaksud adalah Jazuli. 
Sebab Jazuli saat ini terlihat amat intens menempel dan mengentertain para pejabat teras DPP. Salah satu modusnya adalah mengajak mereka jalan-jalan ke luar negeri. Ia juga paling getol berfoto selfi bersama orang top PKS itu di berbagai momen. Baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini jelas menimbulkan tanda tanya pada sebagian besar kader PKS. Ini, menurut seorang kader PKS, sebagai modus Jazuli untuk membangun pencitraan dan image, bahwa ia adalah orang penting di lingkaran elit top PKS selain juga dalam rangka penggalangan kekuatan. 
 
Sinyalemen  bahwa bisikan mengalir deras ke telinga top leader PKS  itu bukanlah isapan jempol belaka. Hal ini dirasakan para kader, misalnya saat hasil pemira (pemilihan raya) calon anggota majelis syuro tahun 2020-2025,  dimana Jazuli tidak terpilih. Namun atas rekomendasi pucuk pimpinan PKS akhirnya masuk menjadi anggota majelis syuro melalui jalur pakar.  
 
Pemilihan Presiden PKS untuk masa jabatan 2020-2025,  dimana   muncul nama Ahmad 
Syaikhu yang akhirnya menjadi  presiden PKS,  menurut beberapa sumber orang dalam PKS yg bisa dipercaya, sebenarnya itu adalah hasil kompromi antara sebagian pimpinan majelis syuro terpilih,  yang menolak Ahmad Heryawan sebagai kandidat yang diajukan oleh top leader PKS.  
 
Aher--begitu panggilan populernya--ditolak  karena dianggap berpotensi untuk dikriminalisasi rezim penguasa, karena konon memiliki persoalan hukum saat ia menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.  
 
Aher dikenal sebagai  teman dekat dan  kolega AM sejak masa kuliah di LIPIA pada tahun 
1990an. AM juga konon yang mengajukan dan mengawal pencalonan Aher sebagai Gubernur Jawa Barat sampai masa jabatannya berakhir.  Mungkin karena itulah maka Aher cenderung diam dalam masalah makar yg dilakukan oleh AM terhadap PKS.  
 
 
 
 
 
Untuk posisi Sekjen,  top leader PKS menunjuk Abu Bakar AlHabsyi sebagai Sekjen PKS. Nama ini sebenarnya, kata orang dalam DPP PKS, ada aroma suap menyuap antara yang bersangkutan dengan top elit PKS, lewat jasa konglomerat hitam asal Kalsel. Banyak kader tahu bahwa Abu Bakar Al-Habsyi adalah orang  yang lama menjadi bagian tim AM (selain  Ahmad Rilyadi dan Fahri Hamzah), hingga pecah kongsi gegara bisnis intannya yang kontroversial dan menghebohkan itu di sekitar tahun 2005 - 2010.  
 
Belum lagi kasus petunjukan Muhammad Haris sebagai Ketua DPW Jawa Tengah.  Disinyalir kuat sebagai hasil bisik-bisik Jazuli pada top leader PKS. Untuk diketahui, Muhammad Haris bukanlah orang yang terpilih dari hasil pemilihan raya (pemira) calon ketua DPTW Jawa Tengah 2020-2025. Pemilihan raya ini berlangsung sekitar akhir tahun 2020.  
 
Muhammad Haris bersama dengan M. Fikri Faqih--yg kini menjabat sebagai Ketua Bidang 
Pengembangan Wilayah Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jatijaya)--ditengarai kuat sebagai orang-orang kepercayaan Jazuli. 
 
Penunjukan M. Haris sebagai ketua DPW Jawa Tengah, diketahui melanggar Panduan Muswil yang diamanahkan AD-ART Partai Keadilan Sejahtera. Aksi demonstrasi dan penggembokan kantor DPW Jawa Tengah di Semarang pada 11-12 Februari 2023 oleh Kader Peduli Jawa Tengah, adalah sebagai puncak kekesalan kader PKS Jateng atas penetapan Muhammad Haris yang dianggap ilegal itu. Mereka sampai 3 tahun harus menunggu keputusan yang benar dan adil dari pimpinan pusat PKS di Jakarta. Konon sudah ada SK Mahkamah Partai terkait dengan penggantian Muhammad Haris, tinggal menunggu SK  Presiden PKS sebagai bentuk konkritnya. 
 
Sedangkan nama Mahfudzi Abdurrahman, tercatat masih aktif sebagai Bendahara Umum DPP PKS hingga 2025. Mahfudzi selalu menjabat posisi Bendahara Umum DPP PKS, hingga hari ini selama 5 periode. Sampai muncul anekdot: “Siapapun presidennya, bendahara umumnya pasti Mahfudzi.” Ya, mirip-mirip saat AM masih menjabat sekjen PKS 3 periode: “Siapapun presidennya, sekjennya ya AM.” 
 
Jika diurut fase gerakan pembusukan PKS oleh AM and his gang, satu fase yang tak boleh dilupakan adalah, setelah gerakan (Gen) AMPM dan pemikiran ABI, maka lahirlah GARBI (Gerakan Arah Baru Indonesia). Perahu ini sesungguhnya telah disiapkan secara matang untuk menampung para desertir PKS, yakni  pengikut setia AM (anismisme).   
 
Gerakan desersi masal ini diawali dengan pengunduran diri 4 orang anggota dari Fraksi PKS DPR RI 2014-2019, yaitu Ahmad Zainudin, Mahfuz Sidik, Rofi Munawar dan Sutriyono. Mereka tidak bersedia menjadi caleg PKS tahun 2019. Anehnya, kenapa mereka tidak mengundurkan diri saja sekalian  sebagai anggota legislatif?   
 
Manuver  ini diharapkan  menjadi pukulan mematikan bagi PKS  setelah banyak  caleg dari berbagai daerah ikut mengundurkan diri pula. 
 
Puncaknya terjadi sehari sebelum pendaftaran caleg di KPU-KPUD ditutup  pada 18 Juni 2018. Dengan kekurangan caleg  yang terdaftar  diharapkan PKS didiskualifikasi oleh KPU Pusat.  
 
Pengunduran diri caleg-caleg PKS ini diikuti oleh pengunduran diri kader PKS yang berhasil digalang oleh AM dari kalangan pengurus partai atau kader biasa di berbagai daerah. Contoh, di provinsi Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Sumatera Barat, 
Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan wilayah lainnya. 
 
Sebagai contoh, di Kabupaten Banyumas sebanyak 80 orang pengurus dan kader PKS  mengundukan diri pada tanggal 6 Oktober 2018. Di Propinsi Bali dimana mayoritas  kader PKS  sudah tergalang oleh AM,  mengundurkan diri di bawah pimpinan langsung jajaran pengurus DPTW-nya pada 28 September 2018. Menurut sumber yang diterima penulis, saat itu hanya tersisa beberapa  kader saja yang tidak ikut mengundurkan diri.  
 
Gerakan pengunduran diri oleh mereka yang mengaku sebagai kader PKS  itu diharapkan dapat menggembosi PKS bahkan menghabisinya. Namun makar jahat ini patah di tengah jalan, bahkan PKS justru  mendulang kesuksesan  dalam Pemilu 2019.  
 
Secara resmi GARBI diluncurkan bulan Agustus 2018 di Sulawesi Selatan. Sementara GARBI DKI Jakarta dideklarasikan pada 3 Maret 2019. Didahului, sebelumnya deklarasi 
GARBI Banten 13 Oktober 2018. Sedangkan daerah-daerah lain masing-masing, Jawa Barat 12 Januari 2019, Jawa Timur 20 Januari 2019.  Sulsel dipilih sebagai lokasi perdana deklarasi GARBI karena dianggap sebagai basis GARBI terkuat juga sebagai tempat kelahiran AM itu sendiri.   
 
GARBI adalah embrio lahirnya Partai Gelora yg dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 2019 di The Future Institute di Patra Kuningan Jakarta Selatan dilanjutkan konsolidasi nasional di Park Regis Arion Hotel di Kemang Jakarta Selatan tanggal 9 November 2019. 
 
Dari fakta-fakta yang terungkap di atas, jelas AM tidak serta merta meninggalkan PKS dengan begitu saja. Skenario pembusukan PKS terus berjalan sampai saat ini. Berdirinya partai Gelora sepertinya tidak terlalu berdampak untuk menggembosi PKS. Buktinya suara PKS meningkat pada pemilu 2019, naik dari 40 kursi menjadi 50 kursi. 




 
Disinyalir kuat gerakan pembusukan oleh sisa-sisa loyalis AM di dalam tubuh PKS terus berjalan sampai saat ini. Kata sumber dari beberapa kader Gelora, penulis mendapatkan info, bahwa AM boleh jadi masih aktif memberi arahan-arahan kepada para loyalisnya untuk terus fokus mencapai target operasi.  
 
Jargon di atas--MENGUASAI atau MENGHABISI PKS--yg diotaki AM and his gang menggambarkan betapa membaranya gelegak dendam kesumat mereka terhadap PKS. Apapun caranya, mereka akan melakukan operasi senyap itu untuk membuat PKS TENGGELAM, atau DIKUASAI KEMBALI. Itulah skenario serangan besar AM and his gang, baik dari luar maupun dari dalam tubuh PKS itu sendiri. 
 
Dari sumber orang dalam mereka, penulis mendapatkan info, bahwa AM masih banyak meninggalkan proksi-proksinya di dalam tubuh PKS. Hebatnya, para komprador AM bukanlah anggota kaleng-kaleng, tapi para elit yg menempati posisi strategis di dalam tubuh PKS.  
 
Para kader setia PKS meyakini betul, bahwa sebagian jajaran top elit pimpinan PKS telah  terinfeksi berat virus pembusukan itu. Dengan kata lain, para loyalis AM yang masih tertinggal di dalam internal PKS mempunyai target besar: “MENGUASAI atau MENGHABISI PKS dari DALAM”. 
 
"Elit-elit partai model begini, kudu dicurigai sebagai loyalis AM, Mas, yg masih bercokol di dalam tubuh PKS. Mosok sih, kader partai dakwah hobi mengkoleksi mobil-mobil mewah, rumah mewah, asesoris mewah, gadget mewah dan cenderung bergaya hidup hedonis, borjuis dan boros. Menghambur-hamburkan dana untuk tur pulang balik Turki, Eropa, secara berombongan! Dari mana uang ratusan juta yg dihambur-hamburkan itu?", keluh seorang kader yg minta namanya tak perlu disebutkan. 
 
Jika menilik gaya hidup sejumlah elit PKS saat ini, keluhan si kader tadi ada benarnya. Bahkan yg lebih mengerikan lagi, tambah si kader, plan B penggembosan atau penguasaan itu sudah disiapkan secara matang. Playmakernya, konon adalah orang yg saat ini terlihat selalu dekat dengan top pimpinan PKS.  
 
"Tebak sendiri aja Mas, siapa orang yg dimaksud...!", cetus kader tadi pada penulis sembari tersenyum. 
 
 
 
 
 
Plan A untuk menguasai PKS, melalui proses Musyawarah Majelis Syuro tahun 2015 dianggap gatot alias gagal total. Begitu pula upaya penggembosan dan pembusukan dari dalam sepanjang tahun 2015-2019. Maka plan B yg tengah dirancang loyalis AM, konon adalah mengkonsolidasikan kader-kader setia Anismisme untuk menguasai mayoritas Anggota Majelis Syuro (AMS). Manuver konsolidasi ini bukan hanya sekedar isapan jempol, terbukti Jazuli sudah menggalang dukungan sebagian BPW dan DPW se-Indonesia dengan iming-iming berbagai fasilitas dan privilege.  
 
Info yg didapatkan  penulis bahwa sudah ada penggalangan di BPW Sumbagut dan BPW Sulawesi untuk memuluskan penguasaan PKS tahun 2025. Si playmaker itu memiliki hidden agenda dan ambisi yg besar untuk menduduki kursi presiden PKS periode 20252030. Sementara calon sekjennya adalah Sukamta, tandem setianya sejak dulu hingga saat ini.  Padahal menurut info yang dapat dipercaya, berkas aduan Jazuli sempat masuk ke Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO)  DPP PKS, terkait hubungannya dengan GARBI dan AM. Namun hingga BPDO dibubarkan dan diganti menjadi  salah satu komisi  di Dewan Syariah Pusat (DSP), kasusnya seakan lenyap ditelan bumi.  Apakah ada invisible hand yang amat sakti untuk menghilangkan kasus Jazuli…?! 
 
 
Ahmad Yunan Odessere   
Pencinta dan pemerhati PKS

Comments