Kapan RI Lolos Dari Perang Pengaruh AS VS China?
Oleh : Abdullah Amas
Tiga peristiwa menarik terjadi bulan ini, pembebasan Imam Besar Hars konon karena tekanan AS, kedua munculnya wacana duet Anies-AHY yang sama sama jebolan kampus AS dan ketiga makin mesra hingga Jokowi kini kembali terbang ke China bersamaan dengan itu Panglima AS setelah 14 tahun terakhir baru kali ini mendatangi RI langsung.
Tak dapat dipungkiri jauh sebelumnya mendekatnya Menteri Pertahanan Prabowo ke AS juga menjadi titik imbang dari geng Jokowi-Luhut ke China dan saya kira kita semua telah paham bahwa SDA Indonesia pada dasarnya sudah dibagi-bagi ke perusahaan milik AS maupun China, emas di Papua misalkan punya Freeport perusahaan asal AS. Secara de facto ini negara sudah tidak berdaulat ekonomi dan SDAnya.
Perkiraan Perang Dunia Ketiga saya kira RI akan tetap terombang-ambing hingga keujung saat dia menemukan mana yang paling kuat dari perang dunia yang diantaranya perang AS-Israel vs China-Rusia maka disitu ia akan merapat ke negara yang kuat pada ujung puncak Perang Dunia ketiga dan kini mulai dikobarkan namun sebelum merapat hingga kini kita masih berkutat pada persoalan dalam negeri yang sedikit saja kita terlihat memihak salah satu blok maka habislah kita.
Saya kira sedikit banyak kita akan merasakan dampak Perang Dunia ketiga bukan hanya soal pangan-energi tapi juga militer. Mengingat pertahanan kita amat rapuh, pangkalan militer AS ada disekitar kita dan disisi lain Tentara China dalam wujud TKA sudah banyak disekitar kita.
Berbagai situasi global akan menambah remuk kita kedepan, terkait perang pengaruh AS vs China, kita tetap pada posisi ingin melompati keduanya pada saatnya, namun saat kita berhasil melompati, dunia sekitar mungkin telah banyak jadi puing-puing akibat perang diseluruh aspek utamanya militer, menurut saya RI ibarat petarung yang nantinya bangkit ketika hampir mati atau sekarat ketika menemukan teman baru untuk berjuang yang sejatinya teman dalam pergaulan dunia yang memiliki banyak kesamaan dan sisi historis sejarah yaitu Pakistan, sebagai dua negara muslim terbesar di dunia dan punya ketulusan berjuang bersama menghentikan kerakusan dua preman pasar dunia yaitu koalisi AS dan koalisi China, posisi Indonesia saat ini sejatinya tak ubahnya Turki yang dibuat teler alias mabuk oleh perang AS-Nato vs Rusia, posisi netral sejatinya cuma mengurangi laju kejatuhan, bukan berarti tidak segera jatuh atau juga punya potensi bangkit menyerang balik. Turki dan Indonesia, saya kira sama-sama menunggu tampilnya pemain baru sebagai poros ketiga dan pada saat itu dunia waktunya berputar, negara lemah jadi digdaya dan yang digdaya menjadi lemah
Comments
Post a Comment