Khofifah Habis-Habisan
Khofifah bakal totalitas bila sudah tekadnya dalam meraih yang ia rasa baik diberikan ke rakyat
G-NKRI (Gerakan Nasional Khofifah untuk rakyat Indonesia) menduga Khofifah akan segigih saat Pilgub lalu. Pantang menyerah sampai kemenangan tak kuasa segera memeluk kebenaran yang dibawanya. Apakah Khofifah akan senekad Pilgub. Khofifah berbeda dengan Emil dan Ganjar, keduanya saat meraih kursi Pilgub bukan melawan Incumbent.
Kemenangan itu ada jadwalnya. Kemenangan itu ada hokinya. Tapi hoki kadang diraih setelah berjuang amat keras dan ikhlas atas semua luka yang diterima, itu pula yang membentuk Khofifah sebagai pribadi yang kalau saya katakan kadang nekat juga
Kepemimpinan Indonesia kedepan memang memerlukan orang yang kemauannya keras, pemimpin yang habis-habisan, pemimpin yang baja hatinya, menggelora katanya, enak spirit berbaginya, dalam pedulinya dan tentu saja sederhana, dalam artian ia bisa membeli barang mewah tapi itu tak dilakukan, ia sudah selesai dengan begitu-begitu, baginya yang mewah adalah hal-hal sederhana bagi dirinya. Dia mewah kemauannya, dia mewah meriah kemampuan mendengarnya, Khofifah selalu sabar mendengar orang berlama-lama cerita saat blusukan, mewah juga kesabaran Khofifah menghadapi isu Madura Provinsi, padahal sudah luar biasa pengayoman Khofifah pada Madura atau saya juga tidak tahu kalau dia sudah paham pikiran dibalik pikiran gerakan itu, tapi dia memang seorang bak sufi yang suka mendengar dan santai-santai saja melihat berbagai ekspresi, dia kuat kemauan dan mungkin karenanya ia menghargai kemauan setiap orang walau kalau soal isu Madura provinsi kita sama-sama paham kenapa isu mustahil dan mustahal itu terus disuarakan
Khofifah adalah orang yang kemauannya kuat dan dia menghargai kemauan orang-orang apalagi sekelas Jawa Timur yang jauh lebih beragam. Dia sosok yang memegang penuh janji bekerja nyaris tanpa hari libur, beda misalkan dengan salah satu kepala daerah di jawa timur yang karena poligami, jumat sudah hilang jalan-jalan sama istri kedua, lalu kembali muncul senin, tapi kalau Khofifah ini beda, mana ada waktu libur beliau, dia itu sosok yang ngoyo atau kemauannya tinggi dan istiqomah pada sumpah jabatan yang diberikan padanya, dia gigih meraih kekuasaan lewat pertarungan politik, dia menghargai orang-orang gigih bersuara dan dia gigih dengan menjalankanj amanah yang diembannya.
Kegigihan itu akhirnya kembali pada sisi kelembutan Khofifah tadi : betapa hatinya sadar betapa besar tanggung jawabnya, kelembutan itu adalah sentuhan illahiyah, ia lembut dan berani menjadi pejuang rakyat dengan tujuan sebagai pemburu Syurga yang memang diisi semakin tinggi kelasnya oleh semakin tinggi orang-orang yang mau memburu kebaikan sebanyak mungkin.
Comments
Post a Comment