“Praktik Bertani Pintar dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim terhadap Peternakan
tidak bisa dicapai hanya dengan semangat satu organisasi saja, tetapi harus ada sinergi dari
semua pihak, khususnya rekan-rekan media.
“Perlu adanya permodalan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan untuk
membentuk peternakan yang kuat agar produktivitas ternak tetap terjaga. Kita melihat
perubahan iklim mulai nampak ke produktivitas sehingga awareness-nya perlu diperhatikan
secara intensif,” ujar Diva Tanzil selaku Impact Finance Consultant Rabo Foundation.
Disisi lain Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. selaku Guru Besar Fakultas Peternakan IPB
University (Institut Pertanian Bogor) mengatakan bahwa “Dalam menghadapi dampak
perubahan iklim pada sektor peternakan kunci utamanya adalah pada komposisi bahan pakan.
Kita harus membenahi pakannya agar seimbang dan tidak mengeluarkan suhu panas tubuh,
tetapi tetap efisien,”
Pernyataan ini juga didukung oleh Iqbal Alim, S.Pt selaku Koordinator Unggas dan
Aneka Ternak Kementerian Pertanian RI. “Kita yang harus mendatangi sumber pakan.
Persebaran pakan perlu tersebar merata, jangan hanya melihat potensi peternak di pulau Jawa
saja. Di Indonesia terkait dengan perubahan iklim dan kaitannya dengan pakan, perlu
dikembangkan secara merata dan menyeluruh dari hulu sampai hilir. Kita perlu
mengembangkan potensi peternakan terutama di wilayah timur Indonesia,” ujarnya.
Edufarmers sendiri sebagai mitra pelaksana dalam riset praktik bertani pintar dalam
memitigasi perubahan iklim khususnya terhadap peternakan ayam petelur menemukan fakta
bahwa “Peternak di Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim edukasinya masih
minim dan masih berorientasi dengan profit serta produktivitas. Perlu ada edukasi bagi
peternak dan cara untuk mendorongnya yaitu dengan adopsi dalam menghadapi perubahan
iklim. Kita harus melihat dari sisi peternakan bagaimana kontribusi terhadap peternak lebih
hijau dan tidak harus bersebarangan, justru dapat beriringan. Sementara yang dapat dilakukan
peternak untuk menghadapi perubahan iklim dengan mengatur kandang sedemikian rupa
sehingga mereka dapat memanfaatkan pangan sesedikit mungkin dan cost-nya semakin rendah
untuk menghasilkan jumlah telur yang sama besarnya,” ungkap Ignatius Egan Jonatan selaku
Head of Product Edufarmers.
Selain itu, Talkshow pada hari ini dibuka dengan pemaparan pencapaian dan dampak
yang telah Edufarmers raih sepanjang tahun 2022.
“Program Bertani Untuk Negeri yang merupakan program unggulan Edufarmers telah
diikuti oleh lebih dari 500 peserta mahasiswa aktif jurusan pertanian dan peternakan di
Indonesia. Program ini telah mendampingi lebih dari 1.300 petani dan peternak dari berbagai
wilayah di Indonesia. Setelah mengikuti program Bertani Untuk Negeri, terlihat adanya
peningkatan hard-skill serta soft-skill pada peserta. Selain itu para petani dan peternak
dampingan juga terlihat ada kemajuan dalam segi implementasi praktik bertani dan beternak
ke arah yang lebih baik, sehingga mereka dapat meningkatkan manajemen, produktivitas, dan
pendapatannya, ” pungkas Amri dalam acara Media Gathering Edufarmers.
Terakhir, Talkshow ini ditutup oleh Edufarmers dengan mengumumkan pembukaan
program andalannya yaitu Bertani Untuk Negeri batch 6. Program Bertani Untuk Negeri
(BUN) adalah program yang menargetkan mahasiswa dan mahasiswa di bidang pertanian dan
peternakan minimal semester 6 untuk terjun langsung ke lapangan mendampingi petani dan peternak kecil di Indonesia. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan regenerasi
petani dan peternak serta meningkatkan produktivitas pertanian dan peternak di Indonesia.
Harapannya mahasiswa/i yang bergabung dapat mentransfer ilmu yang sudah mereka dapat
serta dapat menciptakan ruang diskusi untuk belajar bersama. Pendaftaran program BUN telah
dibuka dari bulan Desember 2022 dan rencana akan tutup pendaftaran di tanggal 26 Januari
2023. Untuk informasi lebih lanjut silakan kunjungi www.edufarmers.org atau instagram
@edufarmers & @bertaniuntuknegeri.
Menyadari banyaknya potensi dan peluang di sektor agritech, Edufarmers akan
menyelenggarakan konferensi agritech bernama Agrinnovation Conference pada 15 Maret
2023. Yos Fahleza Rahmatullah, selaku Head of Business and Channel Development
mengatakan bahwa acara ini akan menghadirkan sejumlah praktisi dari lembaga pemerintahan,
agritech, modal ventura, serta komunitas pertanian. Agrinnovation Conference ini akan
menjadi wadah bagi para pemain di ekosistem agrikultur dan teknologi untuk membahas topik
terkait masalah yang selama ini terjadi di lapangan, kiat sukses bagi startup – startup unicorn
dalam mendapatkan pendanaan, serta menjadi wadah untuk para peserta mendapatkan relasi
bisnis. Acara ini akan diselenggarakan secara gratis dan dibuka untuk umum.
Comments
Post a Comment